Selasa, 02 Juli 2013

Sejarah Pos di Indonesia


Sejarah Pos di Indonesia

Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Fungsinya mencakup lima hal: sarana pemberitahuan, permintaan, buah pikiran, dan gagasan; alat bukti tertulis; alat pengingat; bukti historis; dan pedoman kerja. 

Pada umumnya, dibutuhkan perangko dan amplop sebagai alat ganti bayar jasa pengiriman. Semakin jauh tujuan pengiriman surat maka nilai yang tercantum di perangko harus semakin besar juga.


Perangko pertama Indonesia yang digunakan 
pada masa Kolonial Belanda
Kondisi telah terpakai 
(Property Koleksi Pribadi)

Perangko Cetak Tindih yang digunakan 
pada masa penjajahan Jepang
Kondisi telah terpakai 
(Property Koleksi Pribadi)

Perangko Cetak Tindih yang digunakan 
pada masa setelah kemerdekaan
Kondisi belum terpakai 
(Property Koleksi Pribadi)


Perangko yang tercantum pada kertas diatas adalah Perangko yang telah terpakai dan dijual oleh Toko Perangko pada masa Kolonial Belanda, 
tujuannya adalah untuk dikoleksi oleh para Kolektor Perangko, 
nama Toko tercantum pada bagian atas pada kertas tersebut.
(Property Koleksi Pribadi)


Perposan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Kerajaan Majapahit, Srwijaya dan Tarumanegara dalam bentuk tertulis atau surat menyurat. Huruf yang digunakan adalah huruf Palawa yang menjadi aksara Jawa di kemudian hari. 

Surat-surat beredar di kalangan biarawan dan bangsawan seiring dengan masuknya Hindu dan Buddha di Indonesia. Pada waktu itu surat dibuat mengunakan batu, kayu, maupun kertas. Kertas di sini merujuk kepada bahan-bahan seperti kulit bambu yang diiris tipis-tipis dan menggunakan daun lontar.

Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang, Kantor Pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jendral G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan Pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.



Timbangan Pos yang digunakan untuk menimbang surat 
pada masa Kolonial Belanda
(Property Koleksi Pribadi)

Timbangan Pos yang digunakan untuk menimbang surat 
pada masa Kolonial Belanda
(Property Koleksi Pribadi)


Timbangan Pos yang digunakan untuk menimbang paket barang 
pada masa Kolonial Belanda
(Property Koleksi Pribadi)


Setelah Kantor Pos Batavia didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan Kantor Pos Semarang yang bertujuan untuk mengadakan perhubungan Pos yang teratur antara kedua tempat itu dan untuk mempercepat pengirimannya. Rute perjalanan Pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon dan Pekalongan.


Perubahan Status Pos Indonesia
 telah beberapa kali mengalami perubahan status, mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone) yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan, dimana operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik.


Berikut adalah Plang PTT yang kemungkinan pernah terpasang 
pada Kantor Pos pada masa penjajahan Kolonial Belanda 
(Property Koleksi Pribadi)

Kantor Pos pada masa Kolonial Belanda di daerah Majalengka Kadipaten
Tulisan Post dan Telegraaf sama dengan Plang PTT diatas

Kantor Pos pada masa Kolonial Belanda di daerah Kisaran
Tulisan Post dan Telegraaf sama dengan Plang PTT diatas


Kemudian perkembangan terus terjadi hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Mengamati perkembangan zaman dimana sektor Pos dan Telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan Dinas Pos dan Giro Pos, baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri. 

Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).


*Tulisan ini didapat dari berbagai sumber informasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar