Senin, 08 Juli 2013

Sejarah Telepon di Indonesia




Sejarah Telepon di Indonesia

Perlu kita ketahui dan sadari bahwa peranan fungsi Telepon sebagai alat komunikasi pada masa sekarang ini sangat penting, baik itu untuk komunikasi jarak jauh antar negara, antar daerah, komunikasi jarak jauh untuk keperluan bisnis, pekerjaan, keluarga, keperluan pribadi dan juga lainnya.

Pada masa sekarang ini banyak orang dapat berkomunikasi dengan Telepon tanpa batas jarak dan waktu, semuanya tampak begitu mudah membicarakan segala sesuatunya melalui jalur Telepon. Jika kita ingin berkomunikasi tinggal pencet atau putar nomor Telepon yang dituju, maka kita dengan sangat mudah tersambung dengan orang yang kita tuju untuk dapat berkomunikasi dengan maksimal.


Kantor Telepon di Surabaya Tahun 1896

Kantor Telepon di Semarang Tahun 1925

Tidak seperti pada masa lalu, jika ingin berkomunikasi harus menulis Surat dan memerlukan waktu untuk menunggu jawabannya, sedangkan fungsi berkirim Surat pada masa sekarang ini agaknya berbeda dengan masa pada saat itu, untuk saat ini Surat hanya sekedar sebagai pemberitahuan saja tanpa harus menunggu jawaban dari orang bersangkutan yang dikirimi Surat tersebut.

Jika ada segala sesuatu permasalahan yang ingin dibahas dengan cepat, maka untuk langsung mengambil tindakan yang diperlukan, mungkin memerlukan waktu yang begitu panjang, bahkan bisa saja menempuh jarak perjalan berhari-hari untuk bertemu langsung dengan orang yang kita tuju, untuk membahas atau membicarakan segala sesuatunya, yang mungkin sangat penting untuk segera diambil keputusannya. Benar-benar sangat melelahkan dan merepotkan bukan ?

Seiring waktu berjalan peranan Surat dan kemudian Telegraf sebagai alat komunikasi digantikan oleh Telepon, hal tersebut bertujuan untuk lebih mudah dan cepat dalam berkomunikasi.

Telepon pertama yang diciptakan oleh Alexander Graham Bell 
Tahun 1876

Bell Telepon pertama yang diciptakan oleh Alexander Graham Bell 
Tahun 1876

Bell Telepon Replika Alexander Graham Bell yang berada di Museum 

Bell Telephone Replika Alexander Graham Bell yang berada di 
Old Vintage Gallery
(Property Koleksi Pribadi)

Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan Telepon sehingga memungkinkan pengguna Telepon untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya.

Perkembangan awal :
1871, Antonio Meucci mematenkan penemuannya yang disebut sound Telegraph. Penemuannya ini memungkinkan adanya komunikasi dalam bentuk suara antara dua orang dengan menggunakan perantara kabel.
1875, perusahaan telekomunikasi The Bell mendapatkan hak paten atas penemuan Meucci yang disebut transmitters and Receivers for Electric Telegraphs. Sistem ini menggunakan getaran multiple baja untuk memberikan jeda pada sirkuit.
1876, perusahaan Bell mematenkan Improvement in Telegraphy. Sistem ini memberikan metode untuk mentransmisikan suara secara telegraf.
1877, The Charles Williams Shop merupakan tempat dimana Telepon pertama kali dibuat dengan pengawasan Watson, yang selanjutnya menjadi departemen riset dan pengembangan dari perusahaan Telekomunikasi tersebut. Alexander Graham Bell terus memantau produktivitas perusahaan tersebut sehingga pada akhir tahun sebanyak tiga ratus Telepon dapat digunakan. Perusahaan Bell juga telah mematenkan Telepon electro-magnetic yang menggunakan magnet permanen, diafragma besi, dan dering panggilan.
1878, papan pengganti secara manual ditemukan sehingga memungkinkan banyak Telepon terhubung melalui sebuah saluran pertukaran. dibawah kepemimpinan Theodore N. Vail, perusahaan Bell mempunyai 10.000 telepon yang dapat digunakan.
1880, sirkuit metalic pertama dipasang. Sirkuit ini merupakan perbaharuan dari sirkuit one-wire menjadi two-wire. Perbaharuan ini membantu mengurangi gangguan yang seringkali dirasakan dengan penggunaan jalur one-wire.
1891, Telepon dengan nomor dial pertama kali digunakan. Telepon akan bekerja secara otomatis menghubungkan penelepon ke operator dengan cara menekan nomor dial berdasarkan instruksi.
1915, Telepon dengan sistem wireless pertama kali digunakan. Sistem ini memudahkan pengguna telepon untuk saling berhubungan lintas negara.

Untuk perkembangannya Telepon di Indonesia, mulai dari era akhir tahun 1800an hubungan pembicaraan jarak jauh dengan menggunakan Telepon dapat dengan mudah dilakukan, tepatnya di Indonesia hubungan Telepon Lokal digunakan pertama kali pada tanggal 16 Oktober 1882, dan diselenggarakan oleh perusahaan swasta. Jaringan Telepon tersebut membentang antara Gambir dan Tanjung Priok di Batavia, disusul dua tahun kemudian hubungan Telepon di Semarang dan Surabaya. Perusahaan swasta itu mendapat izin konsesi selama dua puluh lima tahun. Tampaknya alat komunikasi hasil penemuan Alexander Graham Bell pada tahun 1876 itu cepat berkembang sehingga dalam tahun 1905 jumlah perusahaan telepon di Hindia Belanda menjadi 38.

Khusus untuk hubungan Telepon Interlokal, perusahaan Intercommunaal Telefoon Maatschappij memperoleh konsesi selama dua puluh lima tahun untuk hubungan Batavia-Semarang, selanjutnya Batavia-Surabaya, disusul Batavia-Bogor dan kemudian Bandung-Sukabumi.

Dalam pengembangan jaringan Telepon ternyata Perusahaan-Perusahaan Telepon itu hanya membuka hubungan Telepon di kota-kota besar yang mendatangkan untung saja, sehingga penyebaran jaringan Telepon tidak merata. Akhirnya dalam tahun 1906 setelah jangka waktu konsesi berakhir, semua pengusahaan jaringan Telepon diambil alih dan dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui pembentukan Post, Telegraaf en Telefoon Dienst, kecuali jaringan Telepon Perusahaan Kereta Api Deli (Deli Spoor Maatschappij, DSM). Sejak saat itulah pelayanan jasa Telekomunikasi dikelola oleh Pemerintah secara Monopoli. Sehingga pada tanggal 20 September 1906 dapat dicatat sebagai lahirnya PTT (Pos, Telegraf dan Telepon) dalam sistem administrasi pemerintahan yang pertama di Indonesia.

Berikut adalah Plang PTT yang kemungkinan pernah terpasang 
pada Kantor Telepon pada masa penjajahan Kolonial Belanda 
(Property Koleksi Pribadi)

Jaringan Telepon itu semula menggunakan sistem baterai lokal dan kawat tunggal yang terpasang di atas permukaan tanah sehingga sering mengalami gangguan. Pembaharuan dan modernisasi kemudian dilaksanakan, pemasangan kabel jarak jauh diterapkan di bawah permukaan tanah, kawat tunggal diganti dengan kawat sepasang dan menggunakan sistem baterai sentral.




Telepon biasa digunakan di perkantoran
 masih mengunakan engkol,
dan masih menggunakan baterai lokal
Tahun 1930-1940



Telepon Operator masih menggunakan engkol,
sudah menggunakan baterai sentral
Tahun 1940


Telepon Umum masih menggunakan engkol,
sudah menggunakan baterai sentral 
Tahun 1950

Pengembangan Telekomunikasi di masa itu tentu saja memerlukan pegawai-pegawai yang berpendidikan, baik dari pihak Pribumi maupun dari Belanda. Itulah sebabnya Dinas PTT menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, misalnya kursus mengetok kawat morse di Jakarta dan kursus asisien di Surabaya.

Pendidikan yang lebih tinggi lagi diadakan di Belanda. Banyak pribumi yang menjadi pegawai PTT walaupun gaji bagi Pribumi lebih rendah ketimbang pegawai Belanda. Memperoleh sebutan sebagai Den Ajung (adjunct inspector) atau Den Komis (commies) sangatlah membanggakan bagi Pribumi karena gaji pegawai PTT lebih tinggi daripada pegawai dinas lain, meskipun gaji asisten Pribumi dibandingkan dengan asisten Belanda jauh ketinggalan.

Menurut penuturan R. Samdjoen yang mulai memasuki dinas PTT tahun 1929 dan pernah menjadi Direktur Jenderal PTT, teknisi Telekomunikasi didatangkan dari Belanda dan hanya terdapat seorang teknisi radio pribumi. yaitu Soedirdjo yang ikut membangun stasiun radio penerima Malabar tahun 1920, stasiun radio tertua di Indonesia dan terbesar dibelahan bumi selatan.

Suasana ruangan operator telegraf & telepon pada awal tahun 1900,
dimana sambungan telepon masih disambungkan secara manual.

Prioritas pemakaian jasa Telepon waktu itu diberikan kepada pejabai-pejabat pemerintah dan pengusaha. Para Bupati dan Wedana di Pulau Jawa memiliki pesawat Telepon, dimana pembiayaannya ditanggung pemerintah. Adapun pesawat Telepon yang digunakan ialah jenis Telepon baterai lokal, jarak jangkauannya terbatas. Berbicara dengan Telepon engkol tersebut harus keras, bahkan boleh dikata harus berteriak, sehingga bukan aneh kalau ada pelanggan yang memaki-maki operator. Ada juga operator yang didatangi pelanggan dan “dihajar” karena pelanggan itu merasa disepelekan. Hal itu disebabkan penyambungan Telepon ditangani secara manual sehingga tidak dapat dilayani secara cepat.

* Tulisan ini didapat dari inspirasi pribadi dan dari berbagai sumber informasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar