Kamis, 30 Januari 2014

Medali "Loyality & Merit Javanese Order 1867" Keraton Solo






Medali "Loyality & Merit Javanese Order 1867" Keraton Solo

Medali ini menurut informasi yang saya dapatkan adalah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis medali yang diberikan oleh Keraton Solo sebagai tanda jasa atas pengabdian dimasa PB X. 

Kondisi lengkap dan masih sangat baik serta masih ada kotaknya. Dikenal dengan nama Loyality & Merit Javanese Order 1867, memiliki ukuran diameter medali lebih kurang 17mm dengan panjang 65mm. Pada bagian kelima sudut pada bintang terbuat dari bahan lapis enamel berwarna putih.

Medali ini sangat layak menjadi barang koleksi, karena medali ini ada hubungannya dengan sejarah Indonesia pada masa lalu khususnya dikalangan Keraton Solo.

Keterangan : SOLD OUT

Medali Perang "Voor Krijgsverrigtingen" Circa 1869





Medali "Voor Krijgsverrigtingen" Circa 1869

Medali ini dikenal dengan nama Ekspedisi Lintas "Expeditiekruis" secara resmi dikenal sebagai Salib untuk Operasi Penting Militer Kerajaan Belanda dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah "Ereteken voor Belangrijke Krijgsbedrijven". Dibuat melalui Dekrit Kerajaan pada tanggal 19 Februari 1869, oleh Raja William III, dan Medali tersebut diberikan untuk partisipasi dalam operasi militer besar antara tahun 1846 s/d 1942.

King William III

Ekspedisi Lintas adalah perak lintas logam empat bersenjata dengan ukuran diameter medali 39 mm atau 1,5 inci. Pada bagian depan terdapat gambar Raja William III dibagian tengah, dimana dikelilingi oleh garter dengan tulisan Voor Krijgsverrigtingen (untuk operasi militer). Antara lengan salib adalah karangan bunga dari daun oak. Pada masing-masing empat lengan terdapat huruf "W" monogram.

Berikut sekilas informasi mengenai medali tersebut :

Medali ini walaupun ada kekurangannya dimana pita pada medali sudah hilang atau tidak ada, namun medai ini cukup jarang dijumpai, sehingga saya menyimpannya untuk sekedar menjadi barang koleksi. 

Hal tersebut karena medali ini ada hubungannya dengan sejarah Indonesia pada masa itu, untuk mendapatkan tanda jasa ini yang bersangkutan setidaknya pernah terlibat partisipasi dalam operasi militer diwilayah Ned Indie, seperti Bali, Borneo, Deli, Aceh, Jambi, Timor dll.

Keterangan : SOLD OUT

Medali Perang "The Defence Medal" 1939-1945




Medali Perang "The Defence Medal" 1939-1945

Medali ini dikenal dengan nama The Defence Medal atau Medali Pertahanan, adalah medali kampanye Persemakmuran Inggris, diberikan untuk jasa dalam Perang Dunia II, baik itu untuk militer dan beberapa jenis layanan sipil.

Bahan pada medali terbuat dari Cupro Nikel, memiliki diameter 36mm, dan masih dalam kondisi baik, hanya pita pada medali sudah tidak ada.

Pada bagian medali tampak wajah King George VI dan terdapat tulisan legenda Georgivs VI dan huruf D : G : BR : OMN : REX F : D : IND : IMP. yang artinya George VI, oleh kasih karunia Tuhan, raja dari semua Britains, pembela iman, kaisar India.

Pada sisi sebaliknya menggambarkan Royal Crown diatas pohon ek kecil yang tumbuh di tanah yang dikelilingi air dengan dua singa sebagai pendukung.

King George VI

Berikut sekilas informasi mengenai medali tersebut:


Unik dan Menarik, layak untuk menjadi koleksi.

Keterangan : SOLD OUT

Rabu, 29 Januari 2014

Jam Dinding FIAG "Toko Naripan - Bandoeng"





















Jam Dinding FIAG "Toko Naripan - Bandoeng"

Jam Dinding buatan Jerman ini memiliki ukuran permukaan plat atau dial kurang lebih berdiameter 20cm, untuk box pada Jam memiliki ukuran kurang lebih tinggi 78cm (sampai dengan mahkota pada bagian atas), lebar 33,5cm dan lebar samping 17cm. 

Kondisi Jam masih original, mesin pada Jam masih berfungsi dengan baik, kondisi fisik secara umum masih tergolong baik, dan seluruh komponen masih lengkap dan original. 

Jam yang memiliki 3 lubang dengan 8 senar ini kemungkinan diproduksi sekitar tahun 1940an, memiliki bunyi dentangan Westminster yang terdengar keras dan menggema, berbunyi setiap jam, setengah jam dan seperempat jam (biasa dikenal dengan nama Jam Perempatan).

Kelebihan dari Jam ini pada box bagian bawah terdapat marking plat nama Toko yaitu "Naripan" dan nama kota yang masih menggunakan Ejaan Lama "Bandoeng".

Untuk Jam dengan kondisi seperti ini tentulah sangat jarang ditemukan karena Jam ini pada masa itu merupakan pesanan khusus toko bersangkutan yang tentunya jumlahnya tidak banyak, sehingga keberadaannya menjadi langka, dan yang menariknya lagi Jam ini sangat sarat dengan sejarah peninggalan masa lalu dijaman Kolonial Belanda, menarik dan layak untuk menjadi barang koleksi.

Keterangan : Ex Koleksi Pribadi - SOLD OUT

Senin, 27 Januari 2014

Budaya Peranakan Indonesia


Budaya Peranakan Indonesia

Kedatangan kaum Tionghoa dari dataran Tiongkok ke Indonesia sudah diperkirakan terjadi sekitar abad 14 atau 15 Masehi. Kekayaan alam dan budaya, serta keramahtamahan bangsa Indonesia ternyata memikat masyarakat pendatang ini sehingga mereka akhirnya memilih untuk menetap di Indonesia.

"Tak hanya menetap, banyak juga dari mereka yang menikah dengan warga pribumi di sekitar pesisir," ungkap Andrew A. Susanto, Ketua Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (ASPERTINA)"


Keluarga Peranakan di Riouw - Hindia Belanda

Foto Keluarga Cina Peranakan di Hindia Belanda
Koleksi Pribadi

Pernikahan tersebut tak hanya menyatukan dua manusia berbeda bangsa saja, tapi juga menggabungkan ragam sosial budaya dan kuliner kedua bangsa. Kebudayaan yang lahir sebagai hasil perkawinan antar budaya inilah yang dikenal dengan kebudayaan Indo-China atau peranakan. Budaya peranakan ini disebut-sebut sebagai percampuran budaya yang paling kaya di Asia. Karena ternyata budaya peranakan merupakan asimilasi atau campuran budaya antara imigran dari China dengan Jawa, Belanda, Inggris, Arab, India, Melayu, dan Portugis.

Salah satu bukti berkembangnya budaya peranakan terlihat dari adanya kebaya encim atau kebaya nyonya. Meski kebaya adalah busana nasional Indonesia, namun dalam perkembangannya masyarakat Tionghoa di Indonesia juga tertarik dengan busana ini. Tak sedikit perempuan peranakan yang memakai kain batik yang dipadukan dengan kebaya, dan akhirnya dikenal dengan kebaya nyonya (panggilan untuk perempuan peranakan).

Beberapa Kebaya Encim di Museum Peranakan 

Percampuran budaya juga terlihat pada penggunaan warna putih pada kebaya encim. Di China, warna putih tidak lazim digunakan karena melambangkan warna dukacita. Namun warna ini tetap digunakan pada kebaya encim oleh para perempuan peranakan.

Indonesia adalah merupakan negara asal peranakan. Selain di Indonesia, budaya peranakan juga banyak tersebar di negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Karena sebagian besar masyarakatnya kaum Tionghoa, budaya peranakan sangat dijunjung tinggi di dua negara tersebut. Bahkan Singapura memiliki sebuah museum budaya peranakan dengan dokumentasi produk budaya yang mampu membawa kita lebih mengenal budaya peranakan di Singapura. Yang cukup mengejutkan, sejarah menunjukkan banyak benda dan kain peranakan yang berasal dari Indonesia.

Perabot Cina Peranakan di Museum Pernakan

Berpose disalah satu sisi ruangan Museum Peranakan

"Tak hanya kain, tapi lagu masyarakat peranakan adalah lagu-lagu Indonesia yang terdengar seperti musik Padang, atau lagu Injit-injit Semut dan lain-lainnya," beber Andrew.

Melihat kenyataan lekatnya hubungan budaya peranakan dengan budaya Indonesia, beberapa waktu lalu Perkumpulan Asosiasi Peranakan Tionghoa yang beranggotakan beberapa negara seperti Australia, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan lain-lain, menobatkan Indonesia menjadi negara tempat lahirnya budaya peranakan.

"Sebagai negara kelahiran budaya peranakan, untuk melestarikannya ASPERTINA berharap bisa membangun sebuah museum yang menggambarkan kekayaan budaya peranakan ini," harapnya.

* Tulisan ini saya dapatkan dari sumber Kompas.com dan berbagai sumber lainnya.

Rabu, 22 Januari 2014

Antique L.M.Ericsson "PTT - Ned Indie" Wall Telephone Circa 1895


Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8

Gambar 9

Gambar 10

Gambar 11

Gambar 12

Gambar 13

Gambar 14

Gambar 15

Gambar 16

Gambar 17

Gambar 18

Gambar 19

Gambar 20

Gambar 21

Gambar 22

Gambar 23

Gambar 24

Gambar 25

Gambar 26

Gambar 27

Gambar 28


Antique L.M.Ericsson "PTT - Ned Indie" Wall Telephone Circa 1895

Telephone buatan Swedia dengan merk L.M. Ericsson ini perusahaannya berdiri sejak Tahun 1876, memiliki ukuran tinggi 66cm dan lebar 22cm, untuk tatakan bagian atas memiliki ukuran panjang 20,5cm x lebar 14,5cm. Telephone ini mulai diproduksi atau dipatenkan pada 29 Oktober 1895 (lihat gambar diatas no.25 dan no.26 pada bagian mouthpiece telephone). 

Kondisi original, fisik masih sangat baik, komponen sangat lengkap, dan berfungsi normal. Box Telephone terbuat dari bahan besi dan kayu, dan masih dalam kondisi baik dan originalBox Conector pada telephone terbuat dari bahan kayu, dan sudah ditambahkan kabel telephone untuk dihubungkan ke jalur Telkom, praktis tinggal siap pakai. 

Telephone seperti ini kemungkinan merupakan pesanan khusus pada masa itu, dimana khusus beredar di Negara Belanda dan di Negara Indonesia atau Ned Indie dijaman Kolonial Belanda. Hal tersebut dapat terlihat pada fisik telephone, dimana bagian permukaan Telephone tampak logo Kerajaan Belanda bertuliskan Je Maintiendrai dan juga terdapat marking PTT (Pos Telegraf dan Telepon) dibagian atas (lihat pada gambar no.3 dan no.4 diatas).

Berikut sekilas sejarah mengenai PTT :

Pada tahun 1906, pos di Indonesia pun akhirnya berubah menjadi Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT). Layanan pos yang awalnya berpusat di Welrevender (Gambir) juga berpindah ke Dinas Pekerjaan Umum atau Burgerlijke Openbare Werker (BOW) di Bandung pada tahun 1923. Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, Jawatan PTT dikuasai oleh militer Jepang. Angkatan Muda PTT (AMPTT) mengambil alih kekuasaan Jawatan PTT tersebut dan kemudian secara resmi berubah menjadi Jawatan PTT Republik Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 September 1945. Hari itu pun diperingati sebagai Hari Bakti PTT atau Hari Bakti Parpostel.

Jenis telephone dengan kondisi seperti ini sangat jarang dijumpai alias tidak terlihat seperti telephone pada umumnya dengan jenis yang serupa, biasanya hanya terdapat tulisan L.M.Ericsson Stocholm. Telephone yang biasa mendapat sebutan Magneto Wall Telephone ini kemungkinan digunakan diperkantoran dan diperumahan, dan mungkin saja telephone ini dahulu ada dikantor Gubernur Belanda pada masa itu, mengingat bentuk telephone ini sangat mewah dan klasik.

Gambar Telephone L.M.Ericsson Type A pada umumnya:


Telephone seperti ini pada masa itu menggunakan baterai yang dulunya untuk mengalirkan listrik, kemudian dialirkan pada kawat tunggal yang terpasang dipermukaan tanah, tetapi sistem ini sering mengalami gangguan, sehingga seiring berjalannya waktu maka untuk pembaruan dan mordenisasi kemudian dilaksanakan pemasangan kabel jarak jauh yang diterapkan di bawah permukaan tanah, dan kawat tunggal diganti dengan kawat sepasang dan menggunakan sistem batera sentral.

Perlu diketahui juga bahwa pada masa sekarang telephone dengan model seperti ini sudah sangat jarang ditemukan atau bisa dibilang sangat langka, sehingga banyak dicari oleh para kolektor. Terlebih telephone ini merupakan sisa peninggalan jaman Kolonial Belanda yang memiliki nilai sejarah tersendiri.

Berikut sekilas informasi mengenai L.M. Ericsson Company :
Berikut sekilas informasi mengenai Lambang Kerajaan Belanda (Coat of Arms of Netherlands) :




Saya sangat tertarik dan senang untuk mengkoleksi telephone ini, karena kondisinya masih sangat lengkap dan berfungsi sangat baik serta masih original. Untuk jenis telephone dinding terutama yang bentuknya seperti ini masih sangat sulit dijumpai sehingga perlu sedikit perjuangan dan penantian yang cukup lama untuk mendapatkannya. Terlebih telephone ini memiliki sejarah tersendiri bagi saya dan merupakan peninggalan dijaman Kolonial Belanda yang masih tersisa.

Antik, Unik dan Langka menarik untuk menjadi koleksi.

Keterangan : Koleksi Pribadi (Berhubung ada yang minat dengan amat serius, akhirnya barang kesayangan saya yang satu ini saya lepas juga kepada Mr.BS.....thanks a lot...Sir...) SOLD OUT