Senin, 27 Januari 2014

Budaya Peranakan Indonesia


Budaya Peranakan Indonesia

Kedatangan kaum Tionghoa dari dataran Tiongkok ke Indonesia sudah diperkirakan terjadi sekitar abad 14 atau 15 Masehi. Kekayaan alam dan budaya, serta keramahtamahan bangsa Indonesia ternyata memikat masyarakat pendatang ini sehingga mereka akhirnya memilih untuk menetap di Indonesia.

"Tak hanya menetap, banyak juga dari mereka yang menikah dengan warga pribumi di sekitar pesisir," ungkap Andrew A. Susanto, Ketua Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (ASPERTINA)"


Keluarga Peranakan di Riouw - Hindia Belanda

Foto Keluarga Cina Peranakan di Hindia Belanda
Koleksi Pribadi

Pernikahan tersebut tak hanya menyatukan dua manusia berbeda bangsa saja, tapi juga menggabungkan ragam sosial budaya dan kuliner kedua bangsa. Kebudayaan yang lahir sebagai hasil perkawinan antar budaya inilah yang dikenal dengan kebudayaan Indo-China atau peranakan. Budaya peranakan ini disebut-sebut sebagai percampuran budaya yang paling kaya di Asia. Karena ternyata budaya peranakan merupakan asimilasi atau campuran budaya antara imigran dari China dengan Jawa, Belanda, Inggris, Arab, India, Melayu, dan Portugis.

Salah satu bukti berkembangnya budaya peranakan terlihat dari adanya kebaya encim atau kebaya nyonya. Meski kebaya adalah busana nasional Indonesia, namun dalam perkembangannya masyarakat Tionghoa di Indonesia juga tertarik dengan busana ini. Tak sedikit perempuan peranakan yang memakai kain batik yang dipadukan dengan kebaya, dan akhirnya dikenal dengan kebaya nyonya (panggilan untuk perempuan peranakan).

Beberapa Kebaya Encim di Museum Peranakan 

Percampuran budaya juga terlihat pada penggunaan warna putih pada kebaya encim. Di China, warna putih tidak lazim digunakan karena melambangkan warna dukacita. Namun warna ini tetap digunakan pada kebaya encim oleh para perempuan peranakan.

Indonesia adalah merupakan negara asal peranakan. Selain di Indonesia, budaya peranakan juga banyak tersebar di negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Karena sebagian besar masyarakatnya kaum Tionghoa, budaya peranakan sangat dijunjung tinggi di dua negara tersebut. Bahkan Singapura memiliki sebuah museum budaya peranakan dengan dokumentasi produk budaya yang mampu membawa kita lebih mengenal budaya peranakan di Singapura. Yang cukup mengejutkan, sejarah menunjukkan banyak benda dan kain peranakan yang berasal dari Indonesia.

Perabot Cina Peranakan di Museum Pernakan

Berpose disalah satu sisi ruangan Museum Peranakan

"Tak hanya kain, tapi lagu masyarakat peranakan adalah lagu-lagu Indonesia yang terdengar seperti musik Padang, atau lagu Injit-injit Semut dan lain-lainnya," beber Andrew.

Melihat kenyataan lekatnya hubungan budaya peranakan dengan budaya Indonesia, beberapa waktu lalu Perkumpulan Asosiasi Peranakan Tionghoa yang beranggotakan beberapa negara seperti Australia, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan lain-lain, menobatkan Indonesia menjadi negara tempat lahirnya budaya peranakan.

"Sebagai negara kelahiran budaya peranakan, untuk melestarikannya ASPERTINA berharap bisa membangun sebuah museum yang menggambarkan kekayaan budaya peranakan ini," harapnya.

* Tulisan ini saya dapatkan dari sumber Kompas.com dan berbagai sumber lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar