Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Mei 2013

Sejarah Postspaarbank sebelum lahirnya Bank BTN



Sejarah Postspaarbank sebelum lahirnya Bank BTN

Sekitar 1897, berdirilah Bank Postspaarbank cikal bakal Bank BTN, Postspaarbank berkedudukan di Batavia (Jakarta) yang didirikan untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar gemar menabung. Melalui Postspaarbank, masyarakat diperkenalkan lembaga perbankan secara luas. Meskipun tentunya sistem perbankan yang ada pada saat itu tidak sama dan jauh dari sempurna bila dibandingkan dengan sistem perbankan saat ini.


Diatas adalah salah satu contoh gambar iklan enamel untuk menarik perhatian masyarakat agar gemar menabung pada Postspaarbank. 
(Property Koleksi Pribadi)



Diatas adalah salah satu contoh gambar iklan kertas untuk menarik perhatian masyarakat agar gemar menabung pada Postspaarbank. 
(Property Koleksi Pribadi)



Diatas adalah salah satu contoh gambar buku keterangan untuk penyimpanan pada Postspaarbank.
(Property Koleksi Pribadi)




Diatas adalah salah satu contoh gambar bentuk buku tabungan dari Postspaarbank pada masa itu.
(Property Koleksi Pribadi)








Diatas adalah salah satu contoh gambar bentuk Token dari Postspaarbank pada masa itu, sebagai tanda kepemilikan buku tabunga dan dana tabungan pada Bank tersebut. 
(Property Koleksi Pribadi)


Sampai akhir 1931, peranan Postspaarbank dalam penghimpunan dana masyarakat terus menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. ( Hal tersebut terbukti dengan semakin banyaknya minat masyarakat pada saat itu untuk menaruh atau menyimpan uangnya di bank. Sampai dengan akhir 1939, Postpaarbank telah berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 5,4 juta. Sebuah jumlah yang sangat, besar pada masa itu. Prestasi yang berhasil dicapai oleh Postspaarbank itu sebetulnya sejalan dengan kebijakan sistem desentralisasi yang-dilaksanakan pada saat itu. Sejarah keberhasilan Postspaarbank, akhirnya membawa dampak positif dengan mulai dibukanya 4 kantor cabang Postspaarbank masing-masing di Makasar (saat ini Ujung Pandang), Surabaya, Jakarta, dan Medan.



Diatas adalah salah satu contoh gambar souvenir celengan berbentuk buku (Book Bank) dari Postspaarbank pada masa itu, yang kemungkinan dibagikan ke para nasabah ataupun karyawan pada waktu itu, dirancang dengan bentuk buku ( handbook ) dengan ukuran tidak terlalu besar agar bisa dibawa bepergian, sekaligus sebagai tempat penyimpanan uang sebelum ditabung pada Bank tersebut. 
(Property Koleksi Pribadi)


Dalam perjalanannya, keberhasilan Postspaarbank dalam menghimpun dana masyarakat itu mendapat ujian pada sekitar 1940 dengan diserbunya Netherland oleh tentara Jerman. Serbuan itu akhirnya membawa dampak terhadap terkurasnya dana yang telah dihimpun Postspaarbank secara besar-besaran oleh para nasabahnya. Tidak kurang dari Rp 11 juta dana yang terkuras untuk dibayarkan Postspaarbank kepada nasabah hanya dalam waktu beberapa hari saja. Namun, nasib baik masih berada pada Postspaarbank, karena hal itu tidak berlangsung lama. Pada 1941, kepercayaan masyarakat sudah mulai pulih kembali yang ditandai dengan mulai banyaknya masyarakat yang menabung uangnya pada Postspaarbank. Berdasarkan catatan sejarah; hanya dalam waktu singkat pada tahun yang sama, telah terkumpul dana yang dihimpun dari masyarakat sebesar Rp 58,8 juta.


Diatas adalah salah satu contoh gambar bentuk celengan (Home Safe) dari Postspaarbank pada masa itu, kemungkinan celengan ini sengaja diberikan ataupun sengaja diperjual belikan oleh pihak Bank tersebut guna mengajak masyarakat gemar menabung tidak hanya di Bank tetapi bisa saja dirumah masing2 jika para nasabah tidak sempat pergi ke Bank sewaktu-waktu oleh karena jarak yang ditempuh terlalu jauh, karena kemungkinan jumlah Bank pada saat itu terbatas hanya di kota2 besar saja, dan kemungkinan pihak Bank juga berharap nantinya setelah ada waktu dan kesempatan para nasabah bisa datang untuk menabungkannya pada Postspaarbank. 
(Property Koleksi Pribadi)


Sejarah kemudian tidak berhasil mencatat keberhasilan Postspaarbank, karena setahun kemudian atau tahun 1942 dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, operasional Postspaarbank praktis mengalami kemandegan karena telah dibekukan. Kemudian, Jepang masuk dan mengubah semua bentuk pemerintahan dan segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia sesuai dengan kehendak Jepang yang berhasil mengusir Belanda pada saat itu dari wilayah Indonesia. Secara resmi pada tahun itu Jepang telah mengambilalih kekuasaan Belanda di Indonesia dan Postspaarbank yang merupakan bank karya kolonial Belanda dibekukan. Sebagai gantinya pemerintah Jepang mendirikan Tyokin Kyoku.


Diatas adalah salah satu contoh gambar bentuk buku tabungan dari Tyokin Kyoku pada masa itu, dimana kemungkinan buku ini adalah hasil cetakan pertama, karena pada buku tabungan tersebut kata "Tyokin Kyoku" masih menggunakan Ejaan Lama  "Tjokin Kjokoe" 
(Property Koleksi Pribadi)


Pada prinsipnya, misi Tyokin Kyoku bentukan Jepang tidaklah jauh dengan maksud dan tujuan Postspaarbank produk kolonial Belanda. Yaitu untuk mengajak masyarakat Indonesia gemar menabung. Namun, dalam perjalanannya ternyata misi Tyokin Kyoku tidak semulus apa yang pernah dilakukan Postspaarbank dalam menghimpun dana masyarakat melalui tabungan tersebut. Ironisnya, Tyokin Kyoku gagal dalam menjalankan misinya karena masyarakat menganggap bahwa manabung melalui Tyokin Kyoku itu dirasakan adanya paksaan. Sehingga dengan sendirinya masyarakat enggan untuk melakukan penabungan pada saat itu. Meskipun demikian, Tyokin Kyoku telah berhasil membuka cabangya di Jogjakarta pada masa itu.



Diatas adalah salah satu contoh gambar bentuk buku tabungan dari Tyokin Kyoku pada masa itu, dimana kemungkinan buku ini adalah hasil cetakan kedua, karena pada buku tabungan tersebut kata "Tyokin Kyoku" sudah tidak menggunakan Ejaan Lama sebelumnya, dan bentuk Buku Tabungan juga sudah berubah designnya bukan seperti Buku lagi tetapi menyerupai bentuk Kartu (tidak berisikan lembaran2 kertas tetapi berbentuk memanjang pada saat dibuka), kemungkinan dikarenakan minat menabung masyarakat pada saat itu juga tidak banyak sehingga bentuk buku dibuat praktis, kemungkinan untuk menekan budget cetakan pada saat itu. 
(Property Koleksi Pribadi)


Setelah kemerdekaan berhasil diraih, Tyokin Kyoku diambilalih pemerintah Indonesia. Namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos atau disingkat KTP. Pembentukan KTP pada saat itu diprakarsai oleh Darmosoetanto selaku direktur pertama KTP. Dalam perjalanannya, pada akhirnya KTP mempunyai peran yang sangat besar. Peran yang sangat berarti pada saat itu adalah adanya tugas KTP dalam pengerjaan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). 

Sejarah telah mencatat bahwa pada masa pendudukan Jepang, peredaran uang yang ada saat itu ditarik dan diganti dengan uang Jepang. Maka begitu Indonesia merdeka, melalui KTP itulah uang Jepang yang masih beredar kemudian ditarik dan diganti dengan uang Indonesia. Ketika Agresi Militer Belanda ke Indonesia, KTP tidak dapat bekerja dengan aman. Dan, dengan agresi Belanda itu, pada 19 Desember 1946 KTP dan kantor-kantor cabangya yang telah tersebar di Indonesia resmi diduduki oleh Belanda. Namun, pada Juni 1949 pemerintah Republik Indonesia membuka kembali KTP tersebut sekaligus mengganti namanya menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. 




Diatas adalah salah satu contoh gambar bentuk buku tabungan dari Bank Tabungan Pos pada masa itu. 
(Property Koleksi Pribadi)


Bank Tabungan Pos Republik Indonesia kemudian berganti menjadi Bank Tabungan Pos pada 9 Februari 1950. Bank Tabungan Pos dibekukan dan selanjutnya dibentuklah Bank Tabungan Negara (BTN). Selanjutnya, tanggal tersebut diperingati sebagai kelahiran Bank BTN. Perkembangannya terus melejit, sampai sekarang sudah memiliki 1.102 kantor di seluruh Indonesia. 

Sumber : http://www.btn.co.id/ContentPage/Berita/Sejarah-Lahirnya-Bank-BTN-di-Masa-Penjajahan-28-10.aspx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar